BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sastra
adalah suatu seni yang hidup bersama-sama dengan bahasa. Tanpa bahasa sastra
tidak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra
lisan, maupun tertulis. Walaupun perwujudan sastra menggunakan bahasa, kita
tidak dapat memisahkan sastra dari bahasa, ataupun membuangnya dari peradaban
bahasa itu sendiri.
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya
sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan
isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Oleh karena itu
setiap tokoh mempunyai sifat-sifat kritis
sebagai penyampai amanat dari pengarangnya, misalnya
satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya yang
tergambar melalui dialog-dialog antartokoh. Unsur paling pokok dalam sebuah
drama ada empat, yaitu lakon (naskah drama
atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung
pertunjukan), dan penonton. Pada
hakekatnya Prosa Fiksi dalam bentuk naskah drama adalah suatu cerita rekaan
yang didalamnya terdapat struktur yang di bangun oleh unsur-unsur sastra.
Pada sebuah drama atau naskah drama
terdapat beberapa pendekatan-pendekatan. Setiap
naskah drama dapat di analisis dan dikaji melalui pendekatan drama. Yaitu:
Pendekatan Objektif, Pendekatan Mimesis, Pendekatan Ekspresif, Pendekatan
Pragmatik, Pendekatan Posmodernisme, Pendekatan Studi Kultural, Pendekatan
Feminisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian
Teori
1.
Gaya
Bahasa
Pradopo (1997:
263) mengemukakan bahwa gaya bahasa merupakan sarana sastra yang turut
menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetika karya sastra, bahkan seringkali
nilai seni suatu karya sastra ditentukan oleh gaya bahasanya. Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara penggunaan
bahasa secara khusus untuk mendapatkan fungsi tertentu. Dalam karya sastra yang
efektif tentu ada fungsi estetik yang menyebabkan karya yang bersangkutan
bernilai seni. Nilai seni dalam karya sastra disebabkan oleh adanya gaya bahasa
dan fungsi lain yang menyebabkan karya sastra menjadi indah seperti adanya gaya
bercerita atau pun penyusunan alurnya.
Dick Hartoko dan
Rahmanto (dalam Pradopo, 1997: 266) berpendapat bahwa ada beberapa pandangan mengenai
gaya bahasa sebagai suatu gejala dalam sastra yaitu sebagai berikut:
berminat???
email to : jurnalisid57@gmail.com
or WA :083181076754
Tidak ada komentar:
Posting Komentar